Cahaya matahari menembus jendela kamar seakan mengisyaratkan untuk segera beraktifitas dan sejuk angin pagi tak luput menyapa dari cela-cela jendela. Aku membuka tirai jendela dan menatap keluar. Sunyi, Aku tak mendengar kaki yang melangkah hanya dering alarm yang saling bersautan. Ku buka pintu kamar dan kaki melangkah menaiki tangga menuju roof top sambil menggenggam ponsel. Tampak cahaya matahari di ufuk timur dan tampak pula bukit-bukit tinggi dan pemandangan bangunan yang padat baik rumah penduduk maupun gedung-gedung pencakar langit. Tiba-tiba, ponsel genggamku berdering. Akupun segera membuka pesan yang baru masuk.  
                                                                   ***
"Mas, apa kegiatan hari?", tanya sahabatku melalui pesan singkat whatsApp.
"Rencananya mau di kos aja, kalau tidak ada yang ngajak jalan", jawabku.
"Jalan yuk sebelum kembali ke kampung halaman", ajaknya."Jalan kemana mas? tanyaku
."Kita masjid Tiban yuk", jawabnya."Ayo, Aku siap-siap. 30 menit lagi jemput ya", jawabku.
***        
        Terdengar suara motor berhenti di depan kos, Aku segera mengambil helm dan mengunci pintu serta menghampirinya. "Assalamualaikum", salam darinya. "Waalaikumsalam", jawabku. "Sudah siap mas? tanyanya. "Insyaallah siap mas, ayo kita berangkat", jawabku.
***
             Kamipun berdo'a sebelum memulai perjalanan. Seperti pagi-pagi biasanya, kepadatan kendaraan dijalanan membuat kami harus mengurangi kecepatan. Destinasi ini terletak di Turen sehingga Kami tidak tahu arah jalan. Kami menggunakan Map untuk menuju destinasi ini. Kami tiba ditempat tujuan setelah menempuh perjalanan sekitar 60 menit dari Kota Malang. Jalan menuju pintu gerbang masuk Masjid Tiban terdapat berbagai penjual oleh-oleh. Motor kami parkir tidak jauh dari pintu masuk. Pengunjung tidak membayar tiket tetapi pengunjung tetap masuk menggunakan tiket. Tiket diberikan secara gratis. Kami juga membeli 2 kantong untuk tempat alas kaki karena tidak tersedia tempat alas kaki pada pintu masuk.Masjid ini terdiri atas 10 tingkat atau lantai yang mana masing-masing lantai memiliki tema yang berbeda-beda. Pada lantai 1, kami dapat melihat akuarium yang besar dan penjual souvenir. Pada lantai 2-6, Kami melihat kaligrafi yang sangat indah. Pada lantai 7-8, kami menemukan beragam penjual souvenir dan oleh-oleh. Pada lantai 9-10, kami dapat melihat pemandangan pedesaan yang indah dari ketinggian. Pada lantai 10 terdapat ragam tanaman bunga yang tersusun rapi. Kami menelusuri satu per satu lantai. Setiap lantai memiliki keunikan masing-masing. Menelusuri satu per satu hingga kami tiba pada lantai paling atas. Pada lantai atas akan terlihat bangunan-bangunan di sekeliling masjid. Selain itu, motif khas masjid ini yang sangat unik dapat ditemui di lantai atas.
 ***
          Usai mengabadikan dalam sebuah foto, Kami melihat-lihat beragam souvenir yang sangat menarik seperti gantungan kunci, miniatur yang terbuat dari kayu, makanan ringan dan lain-lain. Harga yang ditawarkan sangat beragam dan terjangkau atau hampir sama ditempat yang lain. Menelusuri beberapa lantai dengan tangga manual cukup membuat perut kami lapar, kamipun beranjak ke lantai lain untuk mencari makanan. Aku membeli beberapa gorengan dan pop mie serta air mineral. Harga yang ditawarkan sangan terjangkau. Setelah makan, Kami mendengar adzan sholat dzuhur. Saat terdengar Adzan, toko-toko mulai ditutup dan buka kembali setelah sholat dzuhur. Kamipun segera menuju tempat sholat. Perjalanan kami akhiri dengan berfoto di dekat pintu kedatangan. Mentari sangat terik siang itu, Kami kembali ke Kota Malang. Kami berharap bisa segera tiba karena kami tidak ingin terjebak macet.
***
             Keesok harinya, Aku mendapat ajakan untuk berkunjung ke salah satu masjid yang terletak di Dau Malang. "Mas, sore ini pergi kemana? tanyanya."Tidak ada rencana kemana-mana, ada apa mbak? jawabku."Ke Masjid Salman Al-farisi yuk", ajaknya."Boleh, setelah sholat azhar ya. Nanti Aku yang pesan mobil online", jawabku.
***
           Aku memesan mobil dan menuju tempat temanku menunggu. "Mbak, Aku udah berjalan menuju tempatmu", pesanku. Aku bertemu dengan teman dan menuju Masjid Salman Al-farisi. Destinasi ini terletak tidak jauh dari tempat kami tinggal. Waktu yang kami tempuh sekitar 15 menit. Sepanjang perjalanan berbagai obrolan hadir. Kami berbeda program studi tetapi kami sering bersama-sama saat ke perpustakaan. Awalnya perkenalan kami saat mendapat menjadi panitia sebuah seminar Nasional. Obrolan itu hadir sebagai hari dimana waktu yang tersisaku untuk berada di Kota ini karena dalam waktu dekat Aku harus kembali ke kampung halaman.           
            Tidak lama kemudian kami tiba di Masjid Salman-Al-farisi.Setibanya di destinasi ini, Aku sangat kagum dengan masjid ini karena masjid ini terletak jauh dari pemukiman masyarakat. Jika melihat sekitar masjid, ada pemandangan hijau seperti perkebunan atau sawah. Masjid ini memiliki arsitektur yang megah. Ada yang menganggap masjid ini mirip dengan Taj Mahal. Halaman masjid cukup luas sehingga sangat mudah untuk mengambil foto dari berbagai sudut. 
***
Kami tak terlalu lama di Masjid ini karena kami takut tidak mendapat mobil online jika pulang terlalu sore. Kamipun memesan mobil online segera untuk kembali ke tempat kami tinggal.          
***
        Kedua destinasi tersebut dapat menjadi referensi bagi wisatawan yang ingin wisata religi di Malang. Keduanya juga tidak jauh dari Kota Malang. Semoga informasi yang dibagikan dapat menjadi pertimbangan bagi pembaca.