Sinar mentari tak tampak di balik kaca jendela. Acara pun telah usai, peserta dan pembicara meninggalkan ruangan. Kedua pembicara tersebut berjalan sejajar menuju area parkir. Mereka ialah Rani dan Ridho. Keduanya sedang sibuk menyelesaikan tugas akhir. Keduanya sering berkolaborasi saat menjadi pemateri karena keduanya memiliki hobi yang sama yaitu menulis. Bagi Ridho dan Rani menulis ialah tiket untuk bertemu dengan teman baru dan berkunjung ke tempat-tempat baru. "Ridho, besok diskusi di perpustakaan yuk", ajak Rani."Insyaallah saya bisa setelah bertemu dengan pembimbing", jawab Ridho. "Oke, dho", sahut Rani. Keduanya kembali ke tempat tinggal masing-masing.
           Usai bertemu dengan pembimbing, Ridho segera bergegas ke perpustakaan. Ia segera memasukkan tas ke dalam loker dan membawa beberapa benda ke meja. "Assalamualaikum", salam Ridho."Waalaikumsalam", jawab Rani."Sudah ketemu pembimbing Dho", tanya Rani. "Alhamdulillah sudah", jawab Ridho. Keduanya memulai diskusi mengenai skripsi dan beasiswa. Keduanya memiliki impian studi di Monash University, Australia. Keduanya melakukan submit aplikasi beasiswa dan LoA (Letter of Acceptance ). Ridho tampak menunduk, Ia tak melihat wajah Rani saat Rani berbicara. Ia tahu bahwa seorang laki-laki harus menjaga pandangannya. Ridho mengalami banyak perubahan saat sering berkolaborasi dengan Rani khususnya dalam ibadahnya.
           Empat purnama pasca wisuda, keduanya jarang berjumpa namun keduanya selalu berkomunikasi hingga keduanya telah mendapatkan LoA conditional dan telah apply beasiswa. Keduanya menjalankan aktivitas masing-masing. Suatu ketika, mereka mendapat email bahwa keduanya tidak sukses mendapatkan beasiswa. Keduanya mencoba mensubmit beasiswa yang berbeda. Kali ini keduanya mencoba mengusulkan studi di Indonesia. Keduanya melalui berbagai tahapan hingga kabar bahagia mereka peroleh melalui email dan aplikasi. Rani dan Ridho studi di Kota yang berbeda namun keduanya tetap berkomunikasi.
          Di keheningan malam, Ridho tak mampu memejamkan mata. Ia seperti memikirkan tentang pernikahan. Terlintas dalam pikirannya untuk menjalani sisa usianya bersama Rani. Rani, seseorang yang mampu membuat Ridho semakin taat kepada Sang Pencipta. Rani juga wanita sholeh yang baik. Sejak malam itu, Ridho selalu menghadirkan Rani dalam do'anya.
                                                                            ***
"Ya Allah, Aku ingin menjalin ikatan bersamanya dalam akad
Ikatan yang mampu menyempurnakan agamaku
Jika jodohku dekatkan, jika bukan jauhkanlah"
                                                                            ***                                                                             
           Ridho dan Rani memahami bahwa tak ada ikatan selain pernikahan. Itu alasan Ridho tak menyatakan niat baiknya hingga waktunya nanti telah tiba. Ia hanya berdo'a dan selalu memperbaiki diri. Ia memantaskan diri untuk bersanding dengan sosok terbaik yang dikirim Allah untuk dirinya.
"Dho, Aku ke Jerman bulan depan", isi pesan singkat Rani.
"Alhamdulillah, Aku juga akan ke Jepang 2 bulan lagi", jawab Ridho. 
"Masyaallah, Kamu lihat sakura. Buat tulisan nama untukku ya", balas Rani.
"Tulis namaku juga ya, semoga Aku bisa ke Jerman suatu saat nanti", jawab Ridho.
Dalam hati Ridho berkata,"Semoga kita berkunjung ke kedua negara bersama-sama saat Aku dan Kamu telah menjadi kita".
         Di dalam perjalanan, temen Ridho bertanya,"Dho, kapan target menikah? Insyaallah setelah lulus kuliah ingin menyampaikan niat baik ini", jawab Ridho.  "Sudah ada calonnya", tanya Amel. "Ada", jawab Ridho. "Iya sudah tahu kalau kamu suka", tanya amel. "Belum, insyaallah nanti saatnya", jawab Ridho. "Kenapa gak pacaran dulu? tanya Amel. "Saya tidak ingin pacaran, ikatan yang diridhoi adalah akad", jawab Ridho.
         "Assalamualaikum Osaka", ucap Ridho dalam hati sambil membuka tirai jendela kitchen room apartement. Ia segera duduk di meja makan sambil menikmati semangkuk indomie kari ayam. Panas kuah mie mampu menghangatkan tubuh. Ia membuka handphone dan memcari foto tulisan namanya yang dikirim oleh Rani. Rani menulis nama Ridho dan memfoto di salah satu tempat di Jerman. "Ridho, semoga thesismu lancar dan segera wisuda", tulis Rani. "Rani, semoga tesismu lancar dan segera menemukan jodoh terbaik", tulis Ridho. Dalam hati Ridho berkata,"Semoga Jodoh terbaikmu adalah Aku". Ridho mempersiapkan tulisan tersebut untuk difoto bersandingan dengan bunga sakura.
           Beberapa menit kemudian, teman-teman Ridho menuju ke kitchen room. Ridho dan teman-teman bersiap-siap menuju salah satu destinasi yaitu Sakuranomia Park. Saat memfoto nama Rani, Amel bertanya", itu nama wanita yang kamu sukai? Iya mbak, sekarang Aku tulis namanya disini semoga kelak nama kami berdampingan dalam undangan pernikahan", jawab Ridho sambil tersenyum.
           Sepulang dari Jepang dan Jerman, Ridho dan Rani jarang berkomunikasi. Dua bulan menjelang wisuda, Rani mengirim sebuah undangan pernikahan di sebuah group whatsApp. Ridho amat menyesal karena niat baiknya tak bisa di teruskan. Rasa itu seakan larut menemani hari hingga Ridho menyadari bahwa Ia tak berjodoh sehingga Ia harus ikhlas melupakannya. Dalam diam Ridho berdo'a agar Allah pertemukan jodoh terbaiknya. Ia pun sibuk memantaskan diri untuk bertemu jodoh terbaik. Selain itu, Ia juga melakukan berbagai aktivitas positif agar Ia tidak termenung.
           Dingin udara pagi menerpa pori-pori kulit, Ridhopun segera bersiap-siap dan pergi ke kampus. Langkah kakinya menghantarkan dirinya ke gedung perpustakaan. Matanya tertuju ke semua sudut ruangan. "Sepi banget", berkata dalam hati. Ia melihat jam tangan. Ia pun menyadari bahwa ini masih terlalu pagi. Usai memasukkan tas ke dalam loker, Ridho mengisi presensi melalui komputer dan segera menuju ruang tesis. Ia melanjutkan pekerjaan yang belum terselesaikan di dalam laptopnya. Selain itu, Ia juga membaca sebuah  tesis milik senior yang Ia ambil di lemari perpustakaan. Tak lama kemudian, seorang wanita masuk ke dalam ruangan dan menuju tesis yang tersusun rapi di lemari. Wanita itu mengenakan pakaian bernuansa warna pink. Wanita itu menuju kursi tepat di depan Ridho duduk. Ridho fokus ke layar monitor. Tiba-tiba wanita itu memanggil,"Mas Ridho". Bersambung...