Ismail Tahir merupakan Kandidat doctor. Ia sedang study S3 Linguistics and Applied Lingistics Foreign Languages, Beihang, Beijing. Sejak Pandemi Covid-19 mewabah di Nusantara dan dunia, Ia harus mengikuti pembelajaran secara Daring. Ia kembali ke Indonesia tepatnya Gorontalo pada awal Maret 2020. Selain study, Ia juga beraktifitas sebagai Dosen disalah satu kampus di Gorontalo.

Kini Ia telah mengikuti pembelajaran secara online selama 3 semester. Course yang seharusnya Ia ikuti secara tatap muka harus berubah menjadi online. Pada awalnya, Ia hanya membayangkan pembelajaran online hanya 1 semester, ternyata hingga saat ini. Selain itu, Ia juga harus merubah topik penelitian. Penelitian yang seharusnya Ia lakukan di Beijing mengenai perkembangan prakmatik Student Indonesia yang sedang study di Beijing, namun Supervisor menyarankannya untuk penelitian di tanah air.

            Study di Negeri orang tentunya menemukan culture yang berbeda. Menurutnya, masyarakat setempat ramah meskipun tidak kenal. Mereka tersenyum saat bertemu. Selain itu, Ia tidak dapat beribadah di sembarang tempat. Jika Ia ingin menunaikan ibadah sholat Jum’at, membutuhkan perjalanan menggunakan public transportation seperti MRT. Keberadaan masjid tak jauh dari dome.Tidak terdapat fasilitas ibadah untuk muslim pada area public. Saat melaksanakan sholat fardu, Ia melaksanakan di dome.

            Musim di Beijing berbeda dengan di Indonesia, terdapat 4 musim di Beijing. Menurutnya, ada beberapa yang perlu dipersiapkan terhadap musim tersebut seperti prepare baju tebal dan lotion untuk musim dingin. Bahkan, rekannya mengatakan bahwa kulit dapat berdarah saat tidak menggunakan lotion dimusim dingin karena kulit kering.

            Menurut Ismail, sistem pembelajaran di Beijing sangat mengagumkan. Terdapat fasilitas perpustakaan 24 jam. Mahasiswa dapat mengerjakan tugas di perpustakaan kampus. Jika ingin ke perpustakaan, mahasiswa harus datang lebih awal karena kursi di perpustakaan cepat penuh. Menurut pengalaman Ismail, Ia pernah datang pukul 08.00 waktu setempat, kursi sudah penuh. Hingga Ia harus kesulitan mencari kursi kosong di beberapa lantai.

            Pembelajaran di Beijing berlangsung pukul 07.00 hingga pukul 23.00. Ismail sendiri pernah mengikuti kelas pagi dan kelas malam. Bagi International student memiliki kewajiban untuk mengambil mata kuliah bahasa Mandari level 1 dan level 2. Selain itu, International Student juga harus belajar mengenai sistem pemerintahan, culture dan event yang selenggarakan di Beijing.

            Ismail mengalami kendala saat study. Menurutnya, case ini hanya untuk diri sendiri sebagai International Student. Ia hanya sendiri di course yang Ia ambil. Ia berkolaborasi dengan mahasiswa lokal. Ia harus beradaptasi karena bahasa yang digunakan  sebagai bahasa penghantar lebih mendominasi bahasa Mandarin. Ismail mengkonfirmasi kepada lecturer bahwa Ia International Student. Mereka membantunya untuk beradaptasi dan mengumpulkan tugas menggunakan bahasa Inggris.

            Menurutnya, Ia tidak mengalami kendala mengenai makanan. Ia seorang muslim. Teman-teman yang lebih awal study di Beijing menginformasikan makan yang dapat Ia konsumsi dan makanan yang tidak dapat Ia konsumsi. Di Kantin juga terdapat kantin untuk muslim.

            Pada akhir perbincangan, Ismail menyampaikan beberapa pesan. Untuk teman-teman yang berencana study di Cina, teruslah berusaha dan bersemangat. Lakukan persiapan yang maksimal. Meskipun dalam proses perkuliahan, bahasa Inggris yang digunakan, Ia merekomendasikan juga untuk belajar bahasa Mandarin. Dengan kemampuan bahasa Mandari, Kita dapat berkomunikasi dengan masyarakat lokal. Bahasa Mandarin penting untuk dikuasai karena bahasa Mandarin telah menjadi bahasa International. Banyak manfaat yang dapat kita peroleh saat menguasai bahasa Mandari. Ada banyak kesempatan untuk internship atau magang. Dan yang menjadi pertimbangan untuk diterima pada internship tidak hanya bahasa Inggris tetapi juga bahasa Mandarin. Internship disana fleksibel. Tambah pengalaman dengan join Internship.